PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas dan Melengkapi Syarat Penyusunan Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Disusun Oleh:
................................
NIM : .................
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR'AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2018
PERSETUJUAN
Proposal
Skripsi yang disusun oleh:
Nama
|
:
|
..............
|
NIM
|
:
|
..............
|
Prodi
|
:
|
Pendidikan Agama Islam
|
Judul
|
:
|
PEMBELAJARAN AGAMA
ISLAM UNTUK LANJUT USIA DI PANTI WREDHA “WILOSO WREDHO” PURWOREJO KECAMATAN
KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO
|
telah
diseminarkan di hadapan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo pada tanggal:
18
Desember 2018
Proposal
tersebut dinyatakan dapat diterima dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke
tahap penelitian dan penyusunan skripsi program Strata Satu (S-1) pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Wonosobo,
18 Desember 2017
Dewan Penguji
Seminar Proposal FITK,
Penguji
I, Penguji II,
(..........................) (..........................)
Dekan,
(..........................)
NPU. .....................
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
JUDUL................................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah.................................................................................... 1
B. Identifikasi
Masalah.......................................................................................... 5
C. Penegasan
Istilah............................................................................................... 5
D. Rumusan
Masalah.............................................................................................. 7
E. Tujuan
Penelitian............................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian............................................................................................. 8
G. Landasan
Teori.................................................................................................. 8
1. Kajian
Pustaka............................................................................................. 8
2. Kajian
Teori................................................................................................. 11
H. Metode
Penelitian.............................................................................................. 24
1. Jenis
Penelitian............................................................................................. 24
2. Sumber
Data................................................................................................ 25
3. Teknik
Pengumpulan Data........................................................................... 26
4. Teknik
Analisis Data.................................................................................... 27
I. Rancangan
Daftar Isi Skripsi............................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. 32
Judul : PEMBELAJARAN
AGAMA ISLAM UNTUK LANJUT USIA DI PANTI WREDHA “WILOSO WREDHO” PURWOREJO
KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO
A. Latar Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk dinamis. Perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungannya, tetapi juga dipengaruhi oleh apa yang ada dalam dirinya.
Perilaku manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Banyak faktor yang
menyebabkan manusia mengalami perubahan, salah satunya adalah dengan
bertambahnya usia.
Seiring
berjalannya waktu, maka seseorang akan berpindah dari fase masa kanak-kanak
hingga masa lanjut usia dan akhirnya akan kembali kepada sang Pencipta. Masa
lanjut usia merupakan fase terakhir bagi kehidupan manusia. Masa ini adalah
masa dimana manusia normal pasti akan melewatinya. Tidak ada obat bahkan
kecanggihan teknologi apapun yang dapat mencegah seseorang untuk menuju masa
ini. Kemungkinan yang ada hanya dapat merubah penampilan fisik belaka, tanpa
dapat mengubah umur maupun psikisnya.
Banyak
deskripsi yang menggambarkan kategori manusia yang termasuk manusia lanjut usia
ini atau yang sering disebut manusi lansia. Dalam undang-undang no.13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berumur diatas 60 tahun ke
atas.[1]
Usia
tua merupakan salah satu tahapan yang dilalui manusia didunia. Dimana Islam
mengangkat derajat orang tua hanya satu tingkat dibawah keimanan kepada Allah
SWT dan ibadah yang benar kepada-Nya. Nabi Muhammad sesorang pendidik agung,
menempatkan kebaikan dan sikap hormat kepada orang tua berada diantara dua
perbuatan teragung dalam Islam, yaitu sholat tepat waktu dan jihad dijalan
Allah SWT. Sholat adalah dasar atau fondasi keimanan dan jihad adalah puncak
keislaman. Ini menunjukan betapa tingginya status yang diberikan Nabi SAW
kepada orang tua.
Salah
satu karakteristik utama dari muslim sejati adalah perlakuannya yang diajak dan
baik kepada orang tuanya. Sebab memperlakukan orang tua dengan hormat dan baik
merupakan salah satu ajaran teragung dalam Islam, sebagaiman dijelaskan dengan
tegas dalam Al-Qur’an Qs. Al-Isra ayat 23:
۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ
إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ
أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣
Artinya : “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia”[2] (Qs.
Al-Isra : 23)
Dalam
pemeliharaan orang tua lanjut ini, merupakan sepenuhnya kewajiban anak. Namun
karena suatu hal dan kondisi tertentu, pemeliharaan orang tua lanjut usia menjadi
kewajiban Negara.
Di
Indonesia, hal tentang pemeliharan lanjut usia tertuang dalam UUD 1945 pasal 27
ayat 2 berbunyi: “tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan pemghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”[3]. Dan
pasal 34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara”.[4]
Agama
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia akan mendapatkan kehidupan yang layak,
seimbang, baik itu menurut Allah SWT maupun Rasulullah SAW bahkan khalayak
ramai, hal ini dapat terwujud apabila manusia tersebut melaksanakn minimal dua
hal pokok yang diajarkan dalam Islam, yaitu:
1.
Hubungan
yang bersifat vertikal, yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT
(beribadah kepada Allah SWT) atau disebut Hablumminallah.
2.
Hubungan
yang bersifat horizontal, yaitu hubungan yang meliputi hubungan manusia dengan
manusia lainnya, hubungan manusia dengan makhluk lainnya (hewan,
tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya) serta manusia dengan dirinya sendiri.
Agama adalah hubungan antara makhluk dan khaliqnya. Hubungan
ini terwujud dengan sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya,
dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.
Masing-masing individu berhak untuk menjalankan syariat
agamanya, dalam hal ini pemerintah dalam UUD 1945 telah memberikan perlindungan
pada setiap warga Negara untuk memeluk dan melaksanakan ajaran agama
masing-masing. Beragama bagi manusia adalah fitrah insaniyah, sebagai naluri
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sekaligus kebutuhan primer
bagi kehidupan bermasyarakat yang sehat dan sejahtera, agama membimbing manusia
untuk mencapai kesuksesan bagi pribadi dan masyarakat.[5]
Sudah menjadi bagian di negeri kita ini bahwa Islam
adalah agama mayoritas. Retorika ini malah menyebutkan angka 90% sebagai
presentasi kaum muslimin dari seluruh penduduk negri, tanpa pernah dipersoalkan
dari mana asal usul angka itu selain hanya perkiraan dan kesan karena kuatnya
efek retorika itu, maka ketika sensus menunjukan angka kaum muslimin Indonesia
kurang (sedikit) dari 90%, timbullah berbagai tafsiran terhadap kehidupan
keagamaan masyarakat kita, baik berdasarkan fakta maupun fiksi.
Islam memang merupakan agama terbesar penganutnya dinegara
kita, terlepas adari apapun makna penganutan mereka terhadap agama itu dan
betapapun beranekanya tingkat intensitas penganutan itu dari kelompok ke
kelompok dan dari daerah ke daerah.
Namun kenyataan sederhana ini kiranya sudah cukup member alasan keabsahan
bagi pembicaraan tentang islam di negeri kita dan perannya dalam subtansi
ideology nasional, tentunya tanpa ekslusivme dan tidak dalam semangat
kewenangan suatu kelompok besar.[6]
Hadirnya panti jompo di Indonesia merupakan wujud nyata
pengamalan AlQur’an yang kemudian dituangkan kembali dalam Pancasila dan UUD
1945 sebagai landasan hukum.
Panti jompo merupakan Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial yang
mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada
orangtua lansia (lanjut usia) terlantar yang memungkinkan adanya pemenuhan
kebutuhan orang tua lanjut usia untuk: 1) memnuhi kebutuhan hidup para lanjut
usia terlantar sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi rasa
ketentraman lahir maupun batin, 2) mencegah timbul, berkembang dan meluasnya
permasalahn kesejahteraan social dalam masyarakat,3) menciptakan kondisi sosial
kelayakan agar memiliki rasa harga diri dan rasa percaya diri sehingga mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Sejak tanggal 1 Oktober 1950, di Kutoarjo Kabupaten Purworejo
telah didirikan Panti Jompo yang waktu itu didirikan oleh pemerintah RI melalui
Depsos dan diberi nama Balai Sosial Negara (BSN) yang kemudian dengan semakin
berkembangnya zaman, sejak tanggal 2 April 2002 Perda Pemprov Jateng No.1/2002
tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi UPT
Dinas Kesejahteraan Sosial Prop. Jateng dengan nama Panti Wredha “Wiloso
Wredho” Purworejo.[7]
Mengamati kehidupan Lansia, khususnya mereka yang tinggal di
sebuah panti, sebuah keadaan yang tentu saja setiapindividu tidak pernah
berfikir ataupun bercita-cita menjadi Penghuninya. Banyak sebab yang menjadikan
kemudian para lansia ini masuk kesana, baik karena kemiskinan yang melanda,
atau karena keterkantaran mereka karena tidak memiliki sanak saudara yang
sanggup merawatnya.
Ketika kondisi sudah tua, kebanyakan dari orang tua akan
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT karena merasa sudah dekat waktunya utuk
kembali kepada Allah SWT.
Kegiatan pembelajaran dan bimbingan pada panti wreda telah
mengembangkan kegiatan kreatifitas dan kemandirian para lansia, sehingga ketika
mereka kembali ke masyarakat, mereka tidak lagi telantar, mempunyai bekal agama
yang baik dan dapat diterima di masyarakat secara layak.
Melihat latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
mengkaji lebih dalam tentang kegiatan pembelajaran di Panti Wreda “Wiloso
Wredho” Purworejo. Sehingga penulis mengambil judul “Pembelajaran Agama Islam untuk Lanjut Usia di Panti Wreda “Wiloso
Wredho” Purworejo Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo”
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
Pembelajaran Agama Islam untuk Lanjut Usia di Panti Wreda “Wiloso Wredho”
Purworejo. Diantaranya adalah
1.
Penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang,
aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka
kehilangan semangat.
2.
Pembinaan agama Islam dipandang perlu karena untuk membantu
kondisi lanjut usia yang banyak mengalami berbagai macam gangguan mental maupun
spiritual.
C. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas
uraian judul diatas, maka perlu diberikan pemahaman agar segala asumsi dan
pemahaman tidak terjadi kekeliruan.
Adapun istilah-istilah yang perlu diperjelas sebagai
berikut :
1.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah penciptaan
system lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan system
lingkungan berarti menyediakan seperangkat peristiwa-kondisi lingkungan yang
dapat merangsang seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.[8]
2.
Agama
Islam
Menurut
Abu Ahmadi dalam bukunya Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (1994), agama Islam
adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan
hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata
cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada
Allah.[9]
Agama
Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan
kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah muamalah
(syariah), yang menentukan proses berfikir, marasa, berbuat, dan proses
terbentuknya kata hati.
3.
Lanjut Usia
Lanjut
usia adalah berarti pula para orang jompo. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia,
orang jompo adalah orang yang sudah tua.[10]
Adapun
kriteria lanjut usia atau orang jompo di
Panti Wredha ”Wiloso Wredha” adalah :
a.
Berusia 60 tahun keatas.
b.
Tidak mampu mencari nafkah untuk
keperluan hidup sehari-hari
c.
Tidak mempunyai sanak saudara
yang dapat memberikan bantuan kelangsungan hidupnya.
4. Panti Wredha “Wiloso
Wredho” Purworejo
Panti Wredha “Wiloso Wredho” adalah sebuah unit
pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Tingkat Pemerintah
Daerah Purworejo yang memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat khususnya
yang kurang beruntung. Secara sosial dan cuma-cuma, panti ini memberikan
pelayanan terhadap lanjut usia. Di tempat ini para lanjut usia mendapatkan
cinta kasih, perawatan jasmani dan rohani, sehingga mereka dapat menikmati hari
tuanya dan mendapatkan ketentraman lahir dan batin.
Panti Wredha “Wiloso
Wredho” terletak di Purworejo Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Jumlah
klien di panti tersebut adalah 65 orang, dengan mayoritas klien beragama
Islam yang berjumlah 60 orang. Sejak berdiri sampai sekarang panti ini telah banyak mengalami perkembangan dan
kemajuan berkat dukungan dan dorongan berbagai pihak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam untuk Lanjut Usia di panti Wredha “Wiloso Wredho”?
2.
Bagaimana
hasil dari Pembelajaran Agama Islam untuk Lanjut Usia di panti Wredha “Wiloso Wredho”?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan diatas, agar peneliti ini dapat terarah dan mencapai tujuan yang
diharapkan, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran
Agama Islam untuk Lanjut Usia di panti “WilosoWredho”?
2. Mengetahui hasil
dari Pembelajaran Agama Islam untuk Lanjut Usia di panti Wredha “Wiloso
Wredho”?
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian
ini akan memberi manfaat yang berarti yaitu sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan khazanah keilmuan, khususnya dibidang
pendidikan agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi Penulis
1)
Dapat memenuhi Dapat memenuhi salah satu syarat menjadi
Sarjana Pendidikan islam.
2)
Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
karya penelitian lapangan.
3)
Sebagai bahan perbandingan dengan
penelitian sebelumnya.
b.
Bagi Panti Wredha
“Wiloso Wredho”
Memberikan masukan pada pemegang kebijakan dan pengelola Panti Wredha
“Wiloso Wredha” Purworejo.
G. Landasan Teori
1.
Kajian Pustaka
Telaah pustaka ini merupakan uraian sistematis
mengenai hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti
terdahulu dan memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Sebagai bahan referensi awal dalam penelitian ini,
penulis telah melakukan telaah pustaka dari skripsi-skripsi terkait dengan
konsentrasi penelitian, diantaranya sebagai berikut :
a.
Skripsi
karya Shofria Ihda Mahayyun (2008) “Pelaksanan
Pembinaan Keagamaan Para Lansia Muslim di panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
unit Budhi Luhur”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.[11] Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan
mengambil lokasi di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta unit Budhi Luhur, Obyek
dari penelitian ini berupapembinaan keagamaan para lansia muslim. Subyek dari
penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden
berupa lansia dan Pembina keagamaannya, sedangkan informannya berupa karyawan
dan pegawai panti. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Psikologis edukatif, dimana akan memadukan psikologi agama dan pendidikan.
Pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data, berupa triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Hasil Penelitian menunjukkan: (1). Pelaksanaan
pembinaan secara umum meliputi pembinaan keagamaan, keterampilan, sosial,
psikologi, pendampingan, kesehatan, telah terlaksana dengan baik dan pembinaan
tersebut sudah terlaksana pada masing- masing program yang ada. (2).
Pelaksanaan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan juga sudah mencapai hasil
yang memuaskan secara kualitas dan kuantitas. (3). Faktor pendukung pelaksanaan
pembinaan tersebut meliputi: solidnya tim, lansia yang manut- manut,
kunjungan dari berbagai organisasi, dan banyaknya mahasiswa kesehatan yang
praktek di sana.
b.
Skripsi karya Muhammad Iqbal (2016) “Pembelajaran Agama Islam terhadap Wanita
Lanjut Usia di Panti Sosial”. Skripsi. Aceh:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Studi
BDPi Fakultas Pertanian Universitas Almulsim.[12] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan
pembelajaran Agama Islam terhadap wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Balai Kasih (Panti Jompo Bireuen). Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian (field research). Proses pengumpulan data, peneliti menggunakan
metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Temuan penelitian ini
mengungkapkan bahwa, 1) Panti Sosial Tresna Werdha Balai Kasih (Panti Jompo
Bireuen) adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik. Pada awalnya Panti Sosial Tresna Werdha Balai
Kasih (Panti Jompo Bireuen) bernama Sarana Tresna Werdha (STW), kemudian pada
tahun 2001, Departemen Sosial RI merubah nama Sarana Tresna Werdha menjadi
Panti Sosial Tresna Werdha Balai Kasih, 2) Pembelajaran Agama Islam terhadap
wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Balai Kasih (Panti Jompo
Bireuen) meliputi pembelajaran Alquran, ibadah, dan tauhid/aqidah. Sistem
pembelajarannya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, metode tanya
jawab, dan metode contoh/suri tauladan, serta metode demonstrasi atau praktek
langsung, serta menggunakan metode bimbingan kelompok dan bimbingan individu.
3) Pembelajaran Agama Islam terhadap wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Balai Kasih (Panti Jompo Bireuen) lebih difokuskan kepada pemantapan
tata laksana ibadah dan bacaAlquran dengan baik. Tgk M. Kasem selaku pengajar
di Panti Sosial Tresna Werdha Balai Kasih (Panti Jompo Bireuen) menyampaikan
materi wudhuk, tayamum, dan shalat dengan metode demontrasi, Tgk. M. Kasem
mempraktekkan tata cara wudhu dan tayamum yang benar dihadapan ibu-ibu lansia
Dengan melihat serta
meninjau penelitian diatas, peneliti mencoba meneliti tentang “Pembelajaran
Agama Islam untuk Lanjut Usia di Panti Wredha “Wiloso Wredho” Purworejo
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.
2.
Kajian Teori
a.
Pembelajaran
Agama Islam
1)
Pengertian
Praktek pembelajaran agama Islam pada dasarnya adalah
proses pendidikan. Pendidikan ini seyogyanya diberikan sejak dari buaian hingga
meninggal dunia, dari linkungan keluarga sekolah dan masyarakat, baik melalui
pendidikan formal maupun non formal.
Menurut Drs. H Zuhairi dkk, Pendidikan agama Islam
adalah usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya
mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[13]
Menurut Drs. H Abdul Rachman Saleh, Pendidikan agama
Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak
setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta
menjalankan sebagai way of life (jalan hidup).[14]
2) Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a)
Dasar
Pendidikan Agama Islam
Dasar Pendidikan Agama Islam adalah Al-Quran dan
Hadits. Melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah Tuhan dan
merupakan ibadah kepada-Nya. Allah telah mengutus seorang rosul untuk
menyempurnakan akhlak manusia agar manusia beribadah kepada Tuhan melalui
ajaran Islam yang sangat diperlukan sekali pembinaanya. Allah berfirman dalam
QS At Tahrim ayat 6. Selain itu Allah juga berfirman dalam QS Ali
Imron ayat 104 yang berbunyi :
وَلۡتَكُن
مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
Artina: dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S
Ali Imron: 104)
b)
Tujuan Pembelajaran Agama Islam
Dalam suatu usaha pasti ada tujuan, begitu halnya
dalam pembinaan agama Islam pasti ada tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak
dicapai dari suatu aktivitas, karena setiap aktivitas pasti
mempunyai tujuan tertentu yang berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol,
memudahkan evaluasi suatu aktifitas.
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaibani,
tujuan pendidikan agama Islam adalah perubahan yang diingini yang diusahakan
dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada
tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta
pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu
sendiri dan proases pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proposisi
diantara profesi asasi dan masyarakat.[15]
Agar
pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut terlaksana maka akan
dijelaskan tujuan secara umum dan secara khusus.
a) Tujuan Umum Pendidikan
Tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak
agar menjadi muslim sejati, beriman, beramal sholeh, bertaqwa dan berguna bagi
masyarakat, agama, dan negara..
Dengan
sebuah pendidikan, pengetahuan tentang ibadah diketahui manusia. Setelah segala
pengetahuan tersebut diketahui manusia maka terbentuklah manusia yang taat
beribadah. Manusia beribadah adalah manusia yang segala tingkah laku dan
perbuatanya bertitik tolak pada ajaran agama Islam, berdasar atas Al-Qur’an dan
Hadist. Sehingga manusia dapat menikmati kebahagiaan di dunia maupun di
akherat.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus pendidikan agama Islam adalah tujuan
pendidikan dalam setiap tahap yang dilalui.[16] Berbicara tentang tahap
khusus ini penulis membagi kedalam dua tahap yaitu :
a) Tahap Dewasa
Dalam tahap ini orang dewasa percaya pada suatu agama
dan mampu melaksanakanya dengan penuh kesadaran. Zakiah Darodjat dalambukunya Ilmu
Jiwa Agama disebutkan bahwa orang yang telah melewati usia remaja
mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas baik
dalam bentuk positif maupun negatif.[17]
Dalam
usia ini pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk mempertebal keimanan, menambah
ketaqwaan kepada Allah swt, karena keyakinan seseorang belum tentu dibawa
sampai akhir hayatnya.
b) Tahap Orang Tua (Lanjut Usia)
Dalam
kondisi mental yang jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya, lanjut usia perlu
diberikan sebuah pembinaan agama Islam agar selalu ingat terus dengan Allah dan
menambah amalan ibadah, mendekatkan diri pada Allah, pasrah jiwa raga kepada
Allah, sehingga mencapai derajat khusnul khotimah.
Setelah
semua tujuan pembinaan agama Islam tercapai maka akan tercipta empat hubungan
yang baik yaitu, hubungan dengan Allah, hubungan dengan orang lain, dengan
dirinya sendiri dan dengan makhluk lain.
Karena
klienya adalah lanjut usia maka tujuan dilaksanakan pembinaan agama Islam di
Panti Wredha “Wiloso Wredho” adalah untuk membimbing para lanjut usia yang
kondisinya jauh berbeda dari sebelumnya untuk lebih mendekatkan diri dengan
Allah, agar hati dan jiwanya tentram serta merasa berguna dalam mengisi sisa
usianya.
3)
Proses Pembinaan Agama Islam
Pembinaan agama bukanlah suatu proses yang dapat
terjadi dengan cepat dan dipaksakan, tapi haruslah secara berangsur-angsur
wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan keistimewaan umur
yang sedang dilalui.
Proses
pembinaan agama itu terjadi melalui dua kemungkinan:
a)
Melalui
Proses Pendidikan
Pembinaan agama melalui proses pendidikan itu harus
terjadi sesuai dengan syarat-syarat psikologis dan pedagogis, dalam ketiga
lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa pembinaan agama itu harus
dimulai sejak lahir, karena setiap jenjang yang dilalui anak akan menjadi
bagian dari pribadinya yang akan bertumbuh nanti. Apabila kedua orang tuanya
mengerti akan agama, maka pengalaman anak yang menjadi bagian pribadinya
mengandung unsur-unsur agama pula.
Kemudian setelah pembinaan agama itu ditanamkan di
dalam rumah tangga harus dilanjutkan di lingkungan sekolah, dimana pembinaan
diteruskan dan pengertian sedikit diberikan sesuai dengan pertumbuhan yang
dilaluinya. Setelah anak mulai sekolah, banyak pengaruh-pengaruh masyarakat dan
lingkungan menimpanya, baik yang positif maupun yang negatif. Semua pembinaan
yang diberikan dirumah dan disekolah sangat mempengaruhi dalam perkembangan
anak tersebut.
b) Melalui proses pembinaan kembali.
Yang dimaksud poses pembinaan kembali, ialah
memperbaiki moral yang telah rusak, atau membina moral kembali dengan cara yang
berbeda dari pada yang pernah dilaluinya dulu. Biasanya cara ini ditunjukkan
pada orang dewasa yang telah melewati umur 21 tahun.[18]Yaitu
bagi mereka yang berumur lebih dari 21 tahun, yang belum pernah terbina
agamanya, baik karena kurangnya pembinaan agama yang dilaluinya dulu, maupun
karena belum pernah sama sekali mengalami pembinaan agama dalam segala bidang
dilembaga pendidikan yang dilaluinya.
Pembelajaran agama Islam di
Panti Wredha“Wiloso Wredho” merupakan sebuah proses pembinaan
kembali terhadap lanjut usia yang mana mereka sebelumnya mungkin telah
mendapatkan pendidikan atau pembinaan, ini terlaksana karena dalam rangka
perbaikan moral para lanjut usia yang tinggal disana.
4) Unsur-unsur Pembinaan Agama
Islam
a) Subyek
Binaan
Subyek
binaan yang dimaksudkan di sini adalah pelaku pembinaan. Pelaku pembinaan dapat
berupa :
(1) Petugas khusus yang ditunjuk untuk tugas khusus
tersebut (fulltimer) dan disingkat sebagai karyawan dengan tugas yang khusus
untuk menangani masalah agama.
(2) Petugas sambilan atau petugas rangkap yaitu petugas
dari suatu bagian, bertugas pula selaku pembina rohani karena keahlianya.
(3) Petugas tetap, tetapi berstatus honorer atau harian.
Adapun
syarat pelaku pembinaan adalah sebagai berikut :
(1) Berpengetahuan agama yang mandiri.
(2) Penuh dedikasi.
(3) Patut dijadikan contoh.
(4) Pantas dijadikan ikutan.
(5) Mempunyai rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara.
Pada
dasarnya pembina sama saja dengan pendidik. Untuk wewujudkan pendidik yang
profesional, sebaiknya mengacu pada tuntunan Nabi saw, karena beliau adalah
satu-satunya pendidik yang paling berhasil sebagai uswah hasanah pengemban ajaran
Islam.
b) Obyek Binaan
Obyek pembinaan ini tentunya adalah para jamaah
pembinaan. Dalam suatu perkumpulan tentunya terdapat perbedaan, mulai dari
latar belakang ekonomi, kondisi jiwa dan lainya. Adapun Obyek binaan di Panti
Wredha “Wiloso Wredho” adalah lanjut usia. Dengan latar belakang para lanjut
usia yang berbeda-beda diharapkan para pembina mampu menyampaikan Pendidikan
Agama Islam dengan mengambil metode dan materi yang tepat agar nilai-nilai
syariat Islam terserap oleh para lanjut usia.
5) Materi Pendidikan Agama
Islam
Inti dari ajaran pokok agama Islam adalah meliputi :
a)
Masalah
keimanan (akidah) adalah
bersifat i’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan
yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b)
Masalah
keislaman (syariah)adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati
semua peraturan semua hukum Tuhan, yang mengatur hubungan antar manusia dengan
Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c)
Masalah
ikhsan (akhlaq)adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal diatas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.
Dari
ketiga inti ajaran pokok tersebut dijabarkan kedalam bentuk rukun iman, rukun
islam, akhlaq. Dan dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu:
a) Ilmu Tauhid.
b) Ilmu Fiqih.
c) Ilmu Akhlaq.
6) Metode Pendidikan Agama
Islam
Untuk mencapai suatu tujuan khususnya pendidikan agama
Islam diperlukan sebuah metode. Metode adalah suatu cara yang ditempuh agar
maksud suatu usaha itu tercapai. Allah berfirman :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.(Q.S. Ali Imron : 159)
Dalam ayat tersebut dijelaskan
bahwa mendidik itu diperlukan suatu metode, harus dengan cara yang
deduktif, metodis artinya dengan cara yang tepat. Allah berfirman:
äí÷$#
4n<Î) È@Î6y
y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$#
( Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/ }Ïd
ß`|¡ômr& 4
¨bÎ) y7/u
uqèd ÞOn=ôãr&
`yJÎ/ ¨@|Ê
`tã ¾Ï&Î#Î6y
( uqèdur
ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
Artinya
:”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”[20]
(Q.S. An Nahl : 125)
Dari berbagai macam metode yang telah ada dalam
pendidikan, penulis memilih metode yang dianggap tepat bagi lanjut usia antara lain
:
a) Metode ceramah.
b) Metode tanya jawab.
c) Metode contoh/suri tauladan.
d) Metode demonstrasi.
e) Metode latihan.
7)
Media Pendidikan Agama Islam
Media pendidikan agama ialah perantara yang dapat
digunakan dalam rangka pendidikan agama.[21] Pemakaian media dalam
pendidikan dimaksudkan agar semua materi pendidikan dapat diterima dengan mudah
oleh para siswa. Dalam hal ini obyek bina adalah para lanjut usia, maka dengan
media diharapkan para lanjut usia dapat dengan mudah menangkap
Pendidikan Agama Islam.Adapun macam dari media pembinaan tersebut adalah lisan, tulisan dan audio visual.
b. Manusia
Lanjut Usia
1) Pengertian Manula
Manusia Lanjut Usia adalah mereka yang sudah
menjalani siklus kehidupan diatas usia 65 tahun.[22]
Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi masa usia lanjut sebagai
berikut:
45-65 tahun, disebut
middle age (setengah baya atau wreda madya)
60-74 tahun, disebut
elderly (usia lanjut, wreda utama)
75-90 tahun, disenut
old (tua atau wreda prawasana)
>90 tahun, disebut
very old (tua sekali, wreda wasana)[23]
Cara pembagian demikian disebut cara pembagian
kronologis, artinya sudah berapa tahun yang lalu sejak yang bersangkutan
dilahirkan, bisa disebut usia menurut KTP.[24]
Pemerintah Indonesia menentukan bahwa yang disebut
lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun keatas, mereka mendapat
fasilitas tertentu, antara lain mendapatkan potongan 25-30 % untuk bebagai
layanan. Seperti perjalanan naik kereta api atau pesawat terbang mereka yang
sudah mencapai usia 60 tahun dibuatkan KTP seumur hidup.[25]
2)
Tanda-tanda Masa Tua
Secara garis besar
usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yang pada masa
tuanya banyak ditandai dengan adanya perubahan sifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun.
Adapun tanda-tanda
masa tua seseorang yang sudah lanjut usia adalah sebagai berikut:
a)
Mulai berkurangnya
kekuatan dan keaktifan panca indera dan berkurangnya tenaga jasmani.
b)
Hidup suburnya
perasaan dan sentimen bergelora.
c)
Keinginan kembali ke
masa dan hidup silam yang akhirnya selalu bertindak dan berkelakuan sebagai
anak-anak kembali.
d)
Keseganan (kebencian)
menyerahkan pekerjaan atau tanggung jawab kepada yang muda-muda yang
dianggapnya kurang paham, kurang ilmu dan pengalaman.[26]
e)
Dengan mengetahui
masa tua maka dengan demikian seorang pembimbing akan dapat memberikan bantuan
dengan tepat sesuai dengan kondisi klien.
3)
Problem-problem pada
manusia lanjut usia
Banyak orang tua
merasa takut dan cemas menghadapi usia lanjut, sehingga bisa menimbulkan kondisi yang tidak menguntungkan.
Dan tidak semua orang lanjut usia bisa menikmati ketenangan dan kedamaian. Hal
ini disebabkan oleh adanya problem-problem psikologis diantaranya:
a)
Problem agama pada
manula antara lain:
(1) Problem kegoyahan iman.
Artinya seseorang
atau sekelopok individu senantiasa goyah imannya, sehingga ada kecendrungan di
suatu saat untuk mengikuti agama yang satu dan lain waktu berkeinginan
mengikuti yang lain.
(2) Problem ketidakpahaman mengenai ajaran agama.
Artinya seseorang
atau sekelopok individu melakukan suatu tindakan atau perbuatan yang (disadari
atau tidak) merugikan dirinya sendiri atau orang lain karena tidak memahami
secara penuh ajaran agama.
(3) Problem pelaksanaan ajaran agama.
Artinya para manula
tidak mampu menjalankan sebagaimana mestinya karena berbagai sebab.[27]
b)
Problem psikologis
pada manula antara lain:
(1) Kecemasan terhadap kesehatan yang buruk.
Masalahnya adalah
bahwa mereka selalu merasa tidak sehat dan kurang baik. Mereka selalu khawatir
dengan sakitnya dan orang tidak bisa mengukur rasa sakit karena rasa sakit
selalu bersifat pribadi dan tidak ada kata untuk menggambarkannya.
(2) Ketakutan terhadap kematian.
Hal yang paling
menyedihkan adalah disaat mendekati ajalnya mereka merasa belum mempunyai bekal
di akherat dan selalu dibayangi waktu kematiannya sudah dekat.
(3) Kecemasan terhadap kehilangan teman-teman.
Mereka takut
ditinggalkan teman-teman karena merasa kesepian sebab teman-teman mereka
biasanya memberikan kata-kata penghiburan dan lelucon yang siap membantu dalam
suka maupun duka.
c. Pembelajaran untuk Lanjut Usia
Perlu diingat bahwa proses pendidikan
berlangsung terusfmenerus. Seumur hidup. Ibarat sejak dari ayunan sampai
kuburan. Proses belajar juga berlangsung seumur hidup manusia (life long
learning). Implementasinya dalam program pendidikan sepanjang hayat melibatkan
berbagai pertimbangan secara filosofis. Ekonomis, dan teknik pelaksanaan
Belajar pun tidak harus secara formal di kelas, tetapi belajar bisa juga dari
pengalaman, dan dari buku-buku. Dari segi teknik pelaksanaan belajar formal,
bersumber dari hasil penelitian tentang belajar dan ingatan pada orang yang
berusia lanjut. Lehner dan HuLsch mengusulkan beberapa hal sebagai berikut:[28]
1)
Pemahapan (pacing)
Jika mungkin. Berikan kesempatan
kepada individu menyusun langkah mereka sendiri. Dan biarkan mereka mandiri
dalam melakukan aktivitasnya. Tugas atau metode pembelajaran yang mengikat atau
menekan akan menyulitkan mereka Kemampuan Usia lanjut untuk tetap mandiri
merupakan kebutuhan. Sehingga bila kebutuhan ini terpenuhi mereka akan merasa
puas.
2)
Memotivasi dan Kecemasan
Beberapa tahapan dari motivasi
adalah kebutuhan untuk belajar. Akan tetapi lanjut usia mungkin menjadi terlalu
termotivasi dan mengalami kecemasan dalam situasi belajar. Berikan individu
kesempatan untuk menjadi lebih akrab dengan situasi. Minimalkan peran
kompetensi dan penilaian guru menghindari kecemasan. Pengaruh kecemasan yang
timbul dari rasa takut karena ada ancaman tersebut harus dipakai sebagai alat
untuk mencapai perbaikan dan kemajuan.
3)
Lelah
Beberapa tugas mungkin
membuahkan kelelahan mental dan fisik, suatu masalah yang pada umumnya dialami
para lanjut Usia yakni adanya penurunan fisik dan kognitif sehingga harus ada
keseimbangan atara aktivitas dan jam istirahat agar kesehatan para lanjut usia
tetap terjaga.
4)
Kesulitan
Banyak tugas yang cukup
kompleks. mengatur materi dari yang sederhana menuju ke yang kompleks untuk
membangun rasa percaya diri dan keterampilan. Tingkat kesulitan yang dialami
para lansia cukup tinggi sehingga untuk materi harus dijelaskan dan mudah
dipahami. bila perlu diberikannya pendekatan secara individual kepada para
lanjut usia untuk mengetahui tingkat kesulitan mereka dalam menerima penjelasan
materi.
5)
Kesalahan
Bangun atau susun tugas yang
menghindari kesalahan dan tidak dapat dipelajari. Materi disesuaikan dengan
tingkat kemampuan para lanjut Usia agar mereka mampu menerima pelajaran yang
diberikan.
6)
Praktik
Berikan kesempatan untuk
mempraktikan hal yang sama pada tugas yang berbeda. Beberapa praktik atau
latihan akan membantu untuk mengembangkan keterampilanya. Seperti ketika materi
shalat maka beri contoh atau kesempatan kepada para lanjut Usia untuk
mempraktikan sholat secara langsung dengan benar berdasarkan tuntunan. Hal
tersebut untuk mengurangi tingkat kelupaan dan kesalahan menerima pengajaran.
7)
Umpan Balik.
Berikan informasi yang memadai
dan' respon terdahulu. Materi ajar disajikan untuk mengimbangi atau sesuai
dengan problem indera yang dihadapi oleh Usia lanjut. Perhatian langsung
tertuju pada aspek tugas yang relevan. Kurangi atau hindari.
8)
Relevansi dan pengalaman.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian
adalah cara-cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi. Dengan itu, penelitian mengandung dua pengertian,
yang pertama penelitian merupakan metode atau cara dalam melakukan
kegiatan yang dilakukan secara hati-hati untuk menemukan kebenaran. Oleh karena
itu, dalam kegiatan penelitian digunakan metode berfikir ilmiah. Kedua, penelitian
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara cermat dan hati-hati untuk menguji
(vertifikasi) kebenaran atau teori yang telah ada.[29] Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, penulis akan mengemukakan beberapa langkah dan metode yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu :
1.
Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif (Qualitative Research), yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan keadaan objek, menganalisa
fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun secara kelompok.[30] Jadi
pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti.[31]
2.
Sumber Data
Sesuai dengan jenis
penelitian ini yakni penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan,
maka peneliti terjun langsung kelapangan untuk mencari data yang valid. Oleh
karena itu yang digunakan sebagai sumber kajiannya adalah sebagai berikut:
a. Data
Primer
Data
primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari sumber utama yang
menjadi pokok kajian atau topik pembahasan.[32] Data primer
adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi.[33] Data primer ini diperoleh dari
subyek penelitian atau responden langsung, yaitu para lansia dan pengelola dipanti wredha “Wiloso
Wredho”. Selain itu data pokok penelitian ini akan diambil dari dokumen
yang relevan dengan penelitian dari hasil observasi peneliti di lapangan.
b. Data Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber penunjang atau pelengkap dan pembanding
data yang berkaitan dengan pokok permasalahan atau fokus kajian.Data sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh
dari waktu terjadinya peristiwa.[34]
Sumber sekunder dapat diperoleh dengan cara menelaah dan menganalisis
buku-buku yang berkenaan dengan fokus kajian, dan sumber-sumber lain yang
berkaitan langsung dengan fokus kajian. Kemudian sumber sekunder ini peneliti
jadikan bahan kajian untuk memperoleh generalisasi yang bersifat ilmiah atau
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang baru. Sumber sekunder ini dapat pula
bermanfaat sebagai pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh
peneliti yang pada akhirnya dapat memperkuat pengetahuan yang telah ada.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data atau memperoleh
data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
a.
Metode
Observasi
Metode
observasi adalah sumber pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis
yang ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah yang dihadapi dalam rangka
penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi.[35]
Penggunaan
metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum dan keadaan Panti Wredha
“Wiloso Wredho” serta untuk mengamati tentang pembinaan agama Islam terhadap
lanjut usia di Panti tersebut.
b.
Metode
Wawancara
Wawancara
atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh informasi.[36]
Sedangkan
wawancara yang penulis lakukan adalah penulis menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada pihak yang terkait secara lisan dan mendalam kepada
pengurus, pembina dan klien Panti Wredha “Wiloso Wredho” untuk mengetahui
pembinaan agama Islam.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sebuah metode untuk mencari
data yang bersumber dari tulisan-tulisan, seperti buku-buku,
majalah, dokumen-dokumen dan lain-lain.
Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh data atau
informasi tertulis, data tentang letak, sejarah berdirinya, struktur
organisasi, keadaan pembimbing, keadaan klien, data pengasuh dan lain-lain yang
berhubungan dengan Panti Wredha “Wiloso Wredho” tersebut.
4.
Teknik Analisis Data
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Artinya data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diklasifikasikan,
selanjutnya diolah dan dianalisis.
Analisis
berfikir yang digunakan dalam metode deskriptif kualitatif adalah
metode berfikir induktif, berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan.[37] Dalam proses
analisa ini teori yang sudah ada ditunjukkan kemudian dicari contoh
atau kasus dari kenyataan yang ada di lapangan.
I.
Rancangan Daftar Isi
Skripsi
Untuk mempermudah dalam
memahami pembahasan skripsi, maka perlu disusun sistematika yang merupakan
gambaran umum dari sebuah laporan penelitian yang akan disajikan. Adapun
sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut :
SAMPUL LUAR (COVER)
SAMPUL DALAM
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
PEDOMAN TRANSLITERASI
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Penegasan Istilah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F.
Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II LANDASAN
TEORI
A. Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
1. Pembelajaran
agama Islam
a.
Pengertian
b.
Dasar dan tujuan pendidikan
agama islam
c.
Proses pembelajaran
pendidikan agama islam
d.
Unsur-unsur
pembelajaran pendidikan agama islam
e.
Materi pembelajaran
pendidikan agama islam
f.
Metode pembelajaran
pendidikan agama islam
g.
Media pembelajaran
pendidikan agama islam
2. Manusia lanjut
usia
a.
Pengertian manula
b.
Tahap-tahap manula
c.
Problem-problem pada
manula
3.
Pembelajaran
manusia lanjut usia
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Populasi dan Sampel
E. Teknik Pengumpulan Data
F.
Instrumen Penelitian
1.
Validitas dan
Realibilitas Instrumen
2.
Teknik Analisis Data
3.
Uji Normalitas
BAB IV HASIL
DAN ANALISIS DATA
A. Profil Objek Penelitian
B. Deskripsi Data
C. Analisis Data
D. Interpretasi Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAGIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PUSTAKA
Amir
Hamzah Nasution. 1997. Ikhtisar Hidup Jiwa. Medan: Nasional Sempurna.
Dadang
Hawari. 1999. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Dana Bhakti Primayasa.
Departemen
Agama RI. 2002. Al-Qur’an Al karim dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha Putra.
Dr. Nurcholish Madjid. 1997. Tradisi Islam “Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia”.
Jakarta: Paramadina.
Hadi, Sutrisn. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data
Penelitian dengan Statistik;. Jakarta: Bumi
Aksara.
Imam
Machali. 2014. PAI Pondok Lanjut
Usia Jurnal Annur Volum vi no 1 Juni 2014.
J.
Moloeng, Lexy. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Jamaludin,
M.Pd., dkk. 2015. Pembelajaran Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kartiko
Widi, Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad Iqbal. 2016. Pembelajaran Agama Islam terhadap Wanita Lanjut Usia di Panti Sosial. Skripsi.
Aceh: Jurusan Pendidikan Agama Islam Program
Studi BDPi Fakultas Pertanian Universitas Almulsim.
Murtada
Muttahari. 1992. Perspektif Al-Qur’an
tentang Manusia dan Agama,
Nadzir. 1988.
Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pamflet,
Profil Panti Wreda “Wiloso Wredho” Purworejo
S. Nasution. 2001. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Sapari Imam Asy’ari. 1981. Metodologi
Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional.
Shofria
Ihda Mahayyun, 2008. Pelaksanan Pembinaan
Keagamaan Para Lansia Muslim di panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta unit
Budhi Luhur. Skripsi. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Siti
partini Suardiman. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat, cet-2. Jakarta : Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprapto. 2000. Seks untuk
Lansia. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Syaodih,
Nana. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, cet. 8.. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Thohari Musnamar. 2000. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan
Konseling Islami. Yogyakarta:
UII Press.
Wirata,
I. Made. 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Andi.
Zuriah,
Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi,
cet 1. Jakarta: Bumi
Aksara.
[1]Siti partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2011),
hal.2.
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur;an Al karim dan Terjemahnya,
(Semarang: CV. Toha Putra)
[3] UUD 1945 dan Amandemennya, (Surabaya: Al Hikmah, 2014), hal. 15.
[5]Murtada
Muttahari, Perspektif Al-Qur’an tentang
Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan, 1992), hal.85
[6]Dr.
Nurcholish Madjid, Tradisi Islam “Peran
dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia”, (Jakarta: Paramadina, 1997),
hal.17
[7]Pamflet,
Profil Panti Wreda “Wiloso Wredho” Purworejo
[8]Jamaludin, M.Pd., dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2015), hal.31
[11] Shofria Ihda Mahayyun, Pelaksanan
Pembinaan Keagamaan Para Lansia Muslim di panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
unit Budhi Luhur. Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga), 2008. Hal. vii
[12] Muhammad Iqbal, Pembelajaran
Agama Islam terhadap Wanita Lanjut Usia di Panti Sosial. Skripsi.
Aceh: Jurusan Pendidikan
Agama Islam Program Studi BDPi Fakultas Pertanian Universitas Almulsim.2016.
hal. 24
[15]Muhammad
Al Toumy Al Syaibani, Falsafah Pendidikan Agama Islam
Terjemahan H. Langgulung (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 416.
[18]Zakiah Darodjat, Pembinaan
Agama Dalam Pembinaan Mental(Jakarta : Bulan Bintang, 1982), hlm. 72.
[19]Departemen Agama RI, Tuntunan Praktis Penerangan
Agama Islam (Jakarta : multi Yoga dan CO, [t.t.]), hlm. 172.
[21]Mahfudh Sholahuddin, Metodologi Pendidikan
Agama Islam (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1987) hlm. 163.
[23] Dadang Hawari. Al-Qur’an, Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. (Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa,
1999), hal.289.
[24] Suprapto, Seks untuk Lansia.
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000). Hal.11.
[25] Ibid, hal.11.
[27]Thohari Musnamar, Dasar-dasar
Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press, 2000),
hal.142.
[28] Imam Machali, PAI Pondok Lanjut
Usia Jurnal Annur Volum vi no 1 Juni 2014. Hal. 48-49
[29]Toto
Syatori Nasehudin dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung
: CV PUSTAKA SETIA, 2012), hal.37.
[30]Nana
Syaodih, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya).hal. 60
[32] Iqbal
Hasan, 2004, Analisis Data Penelitian
dengan Statistik (Jakarta : Bumi Aksara),
hal.5.
[33]Restu
Kartiko Widi,2010,Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu),
hal. 73.
[36]S. Nasution, Metode
Research(Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 113.