BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan,
mendapatkan nilai akademik yang bagus nampaknya menjadi prioritas. Hasil
lulusanpun banyak yang memiliki nilai kognitif sangat baik akan tetapi pada
level intelektualnya (IQ) saja, tidak diimbangi kecerdasan Emosional (EQ),
kecerdasan Spiritual (SQ), ataupun kecerdasan Emotional Spiritual (ESQ).
Padahal, dengan mengandalkan nilai akademik saja tidaklah cukup untuk
menjalankan tugasnya ketika terjun bermasyarakat secara real, apalagi
untuk menjadi problem solver di lingkungannya.
Kecenderungan tersebut
memunculkan perilaku yang lebih menonjolkan
egonya, merasa paling benar dan tidak mau disalahkan, tidak menunjukkan rasa
hormat kepada orang lain, mengabaikan norma yang berlaku di masyarakat dan
tidakannya melewati batas kewajaran. Akibatnya timbul berbagai permasalahan
pelajar yang sudah di luar batas kewajaran sebagai perannya. Sebagai contoh dilansir dari Republika.co.id Jumat 20 April
2018, di Purwakarta sebanyak 15 murid sekolah dasar (SD) asal Kabupaten
Purwakarta, terpaksa diamankan sejumlah warga Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan
Purwakarta. Mereka terindikasi hendak tawuran.[1]
Fakta lain yang sangat
memperihatikan adalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang terus meningkat
dan telah meracuni pelajar dan mahasiswa. Menurut Kepala Badan Nasional
Narkotika (BNN) Komjend Budi Waseso berdasarkan hasil survei, angka
penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah mencapai 2,18 persen atau sekitar 4
juta jiwa. Diperkirakan bahwa setiap hari sebanyak 33 orang meninggal akibat
penyalahgunaan narkoba atau sebanyak 12.044 penyalahguna pertahun. Pada
kelompok pelajar dan mahasiswa sebesar 1,9 persen atau 2 dari 100 orang pelajar
dan mahasiswa menyalahgunakan Narkoba.[2]
Pendidikan agama dan pendidikan akhlak
atau moral seharusnya mendapatkan tempat yang pertama. Dekadensi moral dan akhlak yang terjadi merupakan bentuk
krisis jati diri akibat berbagai pengaruh yang diterima dari lingkungannya,
kemudian menjadi kebiasaan sehingga menjadi cerminan karakter bangsa.
Pondasi moral masyarakat
adalah pendidikan karakter yang berkualitas. Hal ini tercantum
dalam prioritas pembangunan nasional tahun 2005-2025 UU No. 17 tahun 2007 yang
berisi mewujudkan masyarakat yang memiliki akhlak mulia, memiliki moral dan
memiliki etika, menjunjung tinggi budaya, dan beradab berdasarkan falsafah
pancasila.[3]
Suatu bangsa dan negara dipandang besar oleh bangsa dan negara lain bila
memiliki karakter bangsa dan negara yang kuat dan kokoh.[4] Di
satu sisi tantangan globalisasi semakin nyata dampaknya bagi bangsa Indonesia.
Maka selain melahirkan poin-poin positif, globalisasi juga melahirkan poin
negatif terhadap pudarnya kearifan budaya lokal sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Globalisasi membawa negara-negara di dunia masuk ke peradaban dunia baru yang
tidak ada sekat di dalamnya. Maka diperlukan antisipasi dalam penguatan
karakter budaya bangsa. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam
budaya, agama, maupun bahasa dengan nilai-nilai luhur local wisdom-nya
masing-masing. Masyarakat Jawa misalnya, kental sekali dengan ajaran-ajaran
moral di dalamya. Dalam bertutur kata saja ada hierarki penghormatan kepada orang-orang yang
lebih tinggi baik dari segi usia maupun status di masyarakat.
Dengan bertutur kata yang baik, merupakan bentuk akhlak amali (etika
terapan), yaitu apa yang dimaksud berkaitan langsung dengan tingkah laku
manusia.[5] Ajining
dhiri dumunung saka lathi,[6]
pepatah Jawa tersebut menunjukkan bahwa apa yang terucap dari seseorang
dapat mencerminkan jati diri atau akhlak dirinya.
Kemampuan menggunakan Bahasa Jawa sesuai
aturan tingkat tuturnya akan berimplikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Adanya
rasa saling menghormati, mendahulukan kepentingan yang lain, dan tentunya akan
lebih harmonis. Dengan sistem seperti ini maka
ego akan terkontrol, sehingga perilaku negatif seperti
ingin menonjolkan diri sendiri, tempramen, atau mengolok-olok orang lain dapat dihindari dan terbentuklah
karakter yang baik.
Gencarnya anjuran penggunaan tingkat
tutur Bahasa Jawa dengan baik merupakan salah satu upaya pendidikan yang
memanfaatkan kearifan lokal sebagai sarana untuk mempertegas karakter bangsa.
Karakter bangsa dibentuk oleh berbagai
campuran dari sifat-sifat yang ada, seperti sosialibilitas, ketulusan,
kejujuran, kebanggaan, keterbukaan, kerja keras, dan semangat untuk
berprestasi. Karakter bangsa akan muncul sebagai keterpaduan dan keseimbangan
dari berbagai karakteristik moral di atas. Oleh karena itu, suatu karakter
bangsa mesti dikembangkan berdasarkan nilai-nilai tradisi yang dimiliki bangsa
itu sendiri dipadukan dengan konteks bangsa yang ada seperti, lembaga-lembaga,
kebiasaan-kebiasaan, dan kebudayaan bangsa serta agama yang dinut mayoritas
warga bangsa tersebut. Karakter bangsa juga sangat erat kaitannya dengan sistem
politik yang ada.[7]
Diskursus tentang pengembangan sistem
pendidikan Islam berbasis budaya lokal juga telah memperkaya khazanah keilmuan
dan bisa memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan pendidikan Islam di
Indonesia. Namun nyatanya, kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan belum mampu memberikan hasil yang memuaskan. Meskipun
bangsa Indonesia terdiri dari mayoritas Islam, hasil pelaksanaan pendidikan
Islam tampaknya belum tercermin dalam akhlak dan moralnya.
Pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa di
kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara, dari studi
pendahuluan penulis mengamati komunikasi pada sebagian besar siswa terhadap
gurunya terdapat ketidak tepatan penerapan tutur Bahasa Jawa yang sesuai
tingkatannya. Ketika bertanya secara random kepada beberapa siswa,
dijumpai bahasa sehari-hari yang mereka gunakan terhadap orang tuanya adalah
ngoko. Padahal ragam ngoko hanya boleh digunakan oleh mereka yang sudah akrab
(sebaya) dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya
daripada mitra tuturnya.[8]
Hal
ini perlu dipikirkan dan ditata betul-betul, agar karakter bangsa yang
tercermin melalui local wisdom-nya tidak semakin pudar. Justru local
wisdom dapat dijadikan sebagai pasak dari karakter bangsa. Oleh karena itu
permasalahan mengenai hal tersebut penting untuk diteliti. Sehingga judul penelitian berdasarkan latar belakang masalah
di atas, yaitu Pembelajaran dan Praktik Bahasa Jawa
sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Pekasiran Banjarnegara Tahun 2018/2019
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Mengapa pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara tahun 2017/2018 perlu penguatan melalui pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa?
2. Bagaimana proses pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa
sebagai penguatan pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara tahun 2018/2019?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa
sebagai penguatan pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara tahun 2018/2019?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
di atas, maka tujuan penulis dalam pembahasan proposal ini adalah:
a. Untuk mengetahui alasan
perlunya penguatan pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran
Banjarnegara tahun 2018/2019 melalui pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa.
b. Untuk
mengetahui proses pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa
sebagai penguatan pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara tahun 2018/2019.
c. Untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa sebagai penguatan
pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran
Banjarnegara tahun 2018/2019.
2.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis dapat
berkontribusi dalam bidang pendidikan. Hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dan acuan bagi pihak-pihak yang akan
mengadakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa
Jawa maupun pendidikan karakter.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, dapat bermanfaat bagi sekolah yang
diteliti terutama, bagi siswa, bagi guru kepala sekolah, orang tua, maupun
pembaca. Diantara manfaat praktis tersebut, diharapkan:
1)
Dapat menjadi pedoman bagi guru maupun Kepala Madrasah
Ibtidaiyah dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter maupun pembelajaran dan praktik Bahasa
Jawa.
2)
Dapat meningkatkan kerjasama antar guru dalam rangka melaksanakan
pendidikan karakter.
3) Peserta didik lebih
dapat nguri-uri budaya berbahasa Jawa terutama dalam unggah-ungguh basa
dan dapat tercermin karakter tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kajian Pustaka
Penulisan
proposal tesis ini didasari oleh karya tulis yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama,
pembahasan yang relevan dengan proposal tesis ini adalah tesis yang berjudul Pengelolaan
Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Negeri Sraten 2 Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo karya Fatkhur
Noor Sidiq Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Tesis tersebut,
bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik: 1. perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Bahasa Jawa; dan 2.
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa di SD Negeri
Sraten 02 Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah
etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam,
observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan model
interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa: pertama, pengelolaan pembelajaran bahasa
Jawa sudah dilakukan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran. Keunikan
yang ditemui adalah adanya kebijakan “Hari Kamis Berbahasa Jawa‟ yang
diterapkan sekolah untuk melestarikan penggunaan bahasa Jawa di sekolah. Yang
kedua, Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa terdiri
dari buku-buku teks, LKS (Lembar Kerja Siswa), buku tembang, buku geguritan,
dan sumber pendukung lainnya.[9]
Perbedaan tesis tersebut dengan
penelitian yang akan penulis lakukan yaitu tesis ini ditulis sebagai salah satu
bagian pemahaman terkait karakteristik perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Bahasa Jawa; dan sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Sedangkan
penelitian yang akan penulis lakukan lebih menitikberatkan pada pembelajaran
dan praktik Bahasa Jawa sebagai pembinaan karakter siswa.
Penelitian
relevan yang kedua adalah jurnal yang berjudul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter di SD Kreatif
Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek yang ditulis oleh Eries Norma Yusmita.
Menurut jurnal tersebut,
penelitian bertujuan untuk memberikan
gambaran pelaksanaan pendidikan karakter di SD Kreatif kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek. Pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian difokuskan pada kasus
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan hambatan pelaksanaan pendidikan
karakter di SD Kreatif. Pendidikan karakter yang direncanakan dan diterapkan
oleh SD Kreatif ada 3, yaitu pendidikan karakter kedisiplinan, kejujuran, dan religius.
Pendidikan karakter yang diterapkan di
SD Kreatif tidak hanya dilaksanakan dalam proses pembelajaran,
melainkan juga dilaksanakan di luar
proses pembelajaran. Pendidik tidak hanya meminta peserta didiknya untuk melatih dan menanamkan
pendidikan karakter dalam dirinya. Pendidik juga memberi contoh perilaku
yang sesuai dengan pendidikan karakter yang telah direncanakan dan diterapkan
pada SD Kreatif.[10]
Ketiga,
artikel dengan judul Peningkatan Keterampilan
Berwawancara Bahasa Jawa Krama dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VII A
SMPN Satu Atap Merjosari Malang. Ditulis oleh Wisseman Hilmi Kusuma
Nurchasanah, dan Karkono.
Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan peningkatan keterampilan berwawancara bahasa Jawa krama, proses
pembelajaran, dan motivasi siswa dengan media audio visual. Desain penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan instrumen penelitian tes,
observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi foto. Data hasil
penelitian berupa skor tes keterampilan berwawancara bahasa Jawa karma dan data
verbal hasil observasi dan wawancara mengenai proses dan motivasi siswa. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio-visual dapat
meningkatkan keterampilan berwawancara bahasa Jawa karma.[11]
Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut, jika dibandingkan
dengna penelitian yang akan penulis laksanakan perbedaanya yaitu penulis lebih
menitikberatkan mengenai mengapa dan bagaimana pembelajaran dan praktik Bahasa
Jawa dalam perannya sebagai penguatan pendidikan karakter di kelas V MI
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara, serta faktor-faktor apa saja yang mendukung
dan menghambat proses pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa
sebagai penguatan pendidikan karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara tahun 2018/2019
E. Kerangka Teoritik
1. Pembelajaran dan Praktik Bahasa Jawa
Istilah pembelajaran berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Bab pertama, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[12]
Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan salah satu muatan lokal wajib untuk semua
jenis dan jenjang pendidikan di provinsi DIY dan Jawa Tengah. Praktik bahasa
jawa berjalan berdampingan dengan pembelajaran bahasa jawa dengan 4
keterampilan berbahasa jawa yang harus dikuasai siswa, yaitu mirengaken,
guneman, maos, dan nyerat.
2. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
yaitu Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan
pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).[13]
PPK memiliki latar belakang, urgensi, konsep, prinsip, manfaat, serta tantangan
dalam pelaksanaan pengembangan nilai-nilai karakter.
3. Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Siswa Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah masuk dalam fase anak-anak (bahwa masa usia sekolah dasar
sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun hingga sebelas
atau dua belas tahun)[14]
dengan rata-rata usia 10-12 tahun. Usia demikian melikiki karakterteristik yang
dapat diamati dari perkembangan fisik, psikomotor, dan akademik, yang mempengaruhi gaya belajarnya, sehingga
pendidik harus mampu menyesuaikan perencanaan pembelajaran yang cocok terhadap
karakteristik siswa.
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian
cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi
dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi.[15]
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research), yaitu peneliti yang langsung ke lokasi
penelitian untuk menggali data yang diperlukan.[16] Dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi dan menggambarkan
dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala
yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.[17]
Pemilihan jenis penelitian ini karena
penulis berupaya menggali data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita
rinci dan real serta menggali data hasil pengamatan di lapangan terkait
pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa sebagai penguatan pendidikan karakter pada
sekolah yang diteliti.
Sifat penelitiannya
adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.[18] Penelitian ini melalui pengamatan partisipatif, dengan
tujuan untuk menggambarkan apa adanya dan mengungkap bagaimana implementasi
pendidikan karakter melalui pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa pada kelas V
MI Islamiyah Pekasiran.
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan
di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran yang
beralamat di jalan Candradimuka Batur Banjarnegara.
b.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian terhitung dari tanggal … sampai dengan …
3.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.[19]
Menurut hubungan antara satu variabel
dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian ini dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
Variabel Independen, yang
merupakan variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu pembelajaran
dan praktik Bahasa Jawa yang merupakan masalah yang mempengaruhi atau menjadi
sebab timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel Dependen, yang
menjadi variabel dependen (terikat) dalam penelitian yaitu karakter siswa.
4.
Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.[20]
Peneliti menggunakan
dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer penulis
peroleh dari hasil terjun ke lapangan, karena data primer tersebut merupakan
hal yang sangat penting dalam membahas sebuah permasalahan dalam melakukan
penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah responden-responden yang meliputi Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Siswa
dan Orang Tua siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Pekasiran Banjarnegara.
Data sekunder merupakan
pendukung dalam hal yang diperoleh melalui studi kepustakaan sebagai tempat
berpijak dalam melakukan penelitian baik dari jurnal, buku, majalah dan
sebagainya yang terkait dengan masalah penelitian ini. Kemudian yang menjadi sumber
data sekundernya adalah buku-buku pendukung yang relevan dengan judul dan juga
data dari internet.
5.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian berperan
sebagai informan yang nantinya akan diambil informasi yang valid dan mendalam
terkait permasalahan yang diteliti.
a.
Subyek Utama
Subyek Utama dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran
Banjarnegara Tahun 2018/2019.
b.
Subyek Pendukung
Subyek pendukung dalam
penelitian ini meliputi Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan dan Orang Tua siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara.
Data yang akan diperoleh
dari subyek penelitian tersebut terdiri dari data utama yang didapat melalui
wawancara dan observasi (primer), dan data tambahan yang berupa dokumen-dokumen
(skunder).
6.
Uji Keabsahan Data
Menguji keabsahan data
diperlukan agar data yang dikumpulkan akurat serta mendapatkan makna langsung
terhadap tindakan dalam penelitian. Uji keabsahan menggunakan metode triangulasi
data, yaitu proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
menjadi bukti temuan.[21]
Untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data
didasarkan pada derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability),
ketergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Derajat kepercayaan tersebut
berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan untuk mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti.[22]
7.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini peneliti mengumpulkan
data yang dilakukan dengan cara:
a.
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
teknik pengamatan dengan cara melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.[23] Obsevasi
merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif untuk menyadari adanya sesuatu
rangsangan tertentu yang diinginkan.[24]
Metode ini digunakan untuk
membantu dalam pengumpulan data tentang kondisi siswa secara umum Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara, letak geografis, dan lain-lain.
Pengumpulan data diawali
dengan sosialisasi mengenai pembelajaran Bahasa Jawa dalam membina karakter
siswa, kepada segenap jajaran Kepala Sekolah, Guru, dan Penjaga agar dapat
bekerja sama, dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap karakter siswa yang dihasilkan dari
pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Pekasiran Banjarnegara.
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik observasi langsung, yang adalah suatu teknik pengumpulan
data, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
gejala-gejala subyek yang diteliti dalam kegiatan pembelajaran dan praktik
Bahasa Jawa pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi atau
catatan lapangan secara langsung dan tidak langsung dari laporan orang tua/wali
siswa.
b.
Wawancara
Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapai juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam.[25]
Jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth
interview) semiterstruktur (Semistructure
Interview). Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka.[26]
Malalui
instrumen pedoman wawancara yang telah disusun sesuai tujuan penelitian, data
yang digali yaitu seputar perilaku/sikap keseharian siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran baik di lingkungan sekolah maupun di rumah,
tingkat tutur yang digunakan, dan lain-lain.
Responden dalam metode
ini diantaranya: Kepala
Sekolah, Guru, Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara, dan orang tua siswa.
c.
Dokumentasi
Kata dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
berarti bahan-bahan tertulis.[27]
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat
dokumenter, seperti foto, lembar kerja, portofolio, atau bukti tertulis
lainnnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Instrumen yang penulis gunakan dalam memperoleh data
dokumentasi berupa buku catatan, handphone dan recorder.
8.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
non-statistik karena menggunakan data deskriptif atau data textular. Data
deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, karena itu analisis semacam
ini juga disebut analisis isi (content analysis).[28]
Penelitian yang banyak menggunakan analisis deskriptif kualitatif adalah
penelitian evaluasi yang bertujuan untuk menilai sejauh mana variabel yang
diteliti telah sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan.[29]
Data yang telah didapatkan merupakan
data mentah sehingga perlu diolah dan dianalisis. Analisis
dilaksanakan sebelum observasi lapangan serta sosialisasi penelitian sampai
selesai melakukan penelitian.[30]
Dalam penelitian ini, pengolahan dan analisis data juga dilakukan selama proses
pengumpulan data.
Secara
sistematis, tahap analisis data pada penelitian ini meliputi:
a. Reduksi data: yang dilakukan adalah
memilah-milah dan menyaring informasi lalu difokuskan sesuai tema yang
ditentukan. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
terarah sehingga mempermudah peneliti untuk mengambil langkah berikutnya.
b. Penyajian data: yang dikerjakan adalah
menyajikan data dalam bentuk uraian secara padat dengan mengklasifikasikan
jenis data yang didapat.
c. Kesimpulan atau verifikasi: menyimpulkan
keadaan obyek setelah crosscheck dari berbagai sumber data yang didapat.
Uji keabsahan data
dilakukan dengan trianggulasi. Triangulasi digunakan untuk menguji kredibilitas
data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yang sama
ataupun sumber yang berbeda.[31]
harus berpedoman pada kriteria sebagai berikut: derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability).
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan tesis ini secara teknis
dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Bagian Awal, Bagian Isi, dan Bagian
Akhir.[32] Pembahasan lebih rinci
terdiri dari lima bab, satu bab dengan bab berikutnya saling terkait secara
sistematis, pembahasannya berurutan dari bab pertama hingga kelima.
Bab pertama Pendahuluan, berisi Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka,
Kerangka Teoritik, Metode Penelitian dan ditutup dengan Sistematika Pembahasan
penulisan tesis. Secara umum bab ini mendeskripsikan fenomena yang hendak
dicari jawabannya, dalam tesis ini yaitu mengenai pembelajaran dan praktik
Bahasa Jawa dalam membina karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara. Pembaca dapat menemukan
realitas serta alasan secara teoritis yang terjadi di lokasi penelitian.
Keaslian suatu penelitian harus ditunjukkan di dalam latar belakang masalah
dengan cara menjelaskan perbedaan atau penyempurnaan yang dilakukan terhadap
penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Dengan demikian bab ini sangat urgent
untuk menjadi dasar metodologis dari bab-bab selanjutnya.
Bab kedua Kerangka Teoritik, memuat teori-teori yang
dipakai untuk merumuskan hipotesa, meliputi: Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah
Dasar, Hakikat Pendidikan Karakter, Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan
Karakter, Nilai-nilai Pembentuk Karakter, Implementasi Pendidikan Karakter,
serta Karakteristik Siswa Sekolah Dasar.
Bab ketiga adalah Data Hasil Penelitian yang mengurai
tentang pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa dalam membina karakter siswa kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran
Banjarnegara.
Bab keempat berisi Pembahasan atau Analisis secara
holistik data-data hasil penelitian yang digali dan dilakukan secara mendalam.
Pembahasan tentang hasil penelitian dilakukan dengan mengaitkan antara teori
yang di paparkan pada Bab I dan Bab II lalu cocokkan dengan hasil temuan
penelitian sebagai realitas empiris pada Bab IV dengan analisis serta pencarian
pemaknaan sesuai dengan metode di Bab III.
Temuan penelitian ini diharapkan menghasilkan grand design moral Islam.
Sebagai data penguat dalam pemberian simpulan penelitian pada Bab V, maka
diberikan pemaparan tentang realitas sebagai gambaran umum yang terkait
pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa dalam membina karakter siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara.
Bab kelima merupakan Penutup yang berisi Kesimpulan dan
Saran. Kesimpulan adalah jawaban dari permasalahan yang diajukan pada pendahuluan. Saran-saran bersifat teoritis
dan praktis terkait pembelajaran dan praktik Bahasa Jawa dalam membina karakter
siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah Pekasiran Banjarnegara,
kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka sebagai rujukan, lampiran-lampiran,
dan daftar riwayat hidup penulis.
[1]
Republika.co.id, Hendak Tawuran, 15 Siswa SD di Purwakarta Bawa Sajam, http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/04/20/p7hof7366-hendak-tawuran-15-siswa-sd-di-purwakarta-bawa-sajam, diakses pada 28 Mei 2018.
[2] Viva.co.id, Budi Waseso Sebut Permintaan Narkoba Naik Jelang Tahun Baru https://www.viva.co.id/berita/nasional/989441-budi-waseso-sebut-permintaan-narkoba-naik-jelang-tahun-baru, Rabu, 20 Desember 2017, diakses pada 28 Mei 2018.
[3] Salinan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
[4] Depdiknas,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 7.
[5] Sudin. Filsafat
Moral Hamka dan Relevansinya dengan Kebangsaan, (Filsafat Agama UIN Sunan
Kalijaga, t.t.), hal. 436.
[6] Marsudi, Kawruh Basa Jawa, (Yogyakarta: CV.
Handayani, 1994), hal. 5.
[7] Nurul Zuriah,
Rahmad Widodo, dan Hari Sunaryo, “Seminar Nasional dan Gelar Produk (SENASPRO)”
Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Kearifan Lokal dan Civic Virtue
Sebuah Rekayasa Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas
Muhammadiyah Malang, (2016), hal. 176.
[8] Bayu
Indrayanto, Fenomena Tingkat Tutur dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial
Masyarakat, Magistra No. 72 Th. XXII (2010), hal 12.
[9] Fatkhur Noor
Sidiq, Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Negeri Sraten 2 Kecamatan
Gatak Kabupaten Sukoharjo, (Surakarta: Program Studi Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012).
[10] Eries Norma Yusmita, “Jurnal
Pendidikan Dasar Nusantara”, Manajemen Pembelajaran Pendidikan
Karakter di SD Kreatif Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek, Vol. 3, (2018).
[11] Wisseman Hilmi
Kusuma Nurchasanah, dan Karkono, Peningkatan Keterampilan Berwawancara
Bahasa Jawa Krama dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VII A SMPN Satu
Atap Merjosari Malang, Universitas Negeri Malang.
[12] Pemerintah Republik
Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 5.
[13] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Konsep
Dasar Penguatan Pendidikan Karakter, http://alihfungsi.gtk.kemdikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf, diakses pada
Minggu, 29 April 2018.
[14] Haryu
Islamudin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
hal. 39.
[15] Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 52.
[16] Amirul Hadi
dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), hal. 56.
[17] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 14.
[18] Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 6.
[19] Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 60.
[21] Emzir, Analisis
Data, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
hal. 82.
[22] Lexy. J.
Moleong, Metode., hal. 324.
[25] Beni Ahmad
Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 191.
[26] Sugiyono,
Metode., hal. 320.
[27] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 158.
[28] Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), hal. 40.
[29] Suharsimi
Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hal.
268.
[30] Muhammad Ali, Memahami Riset
Perilaku dan Sosial, (Bandung: CV.Pustakata Cendekia Utama, 2011), hlm.
128.
[31] Sugiyono, Metode., hal 335.