Cari Blog Ini

Februari 02, 2018

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH PADA NY. M DI WISMA UTARI RSJ. PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kebutuhan Persepsi Diri
1. Definisi Konsep diri
Konsep diri adalah keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan
keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini
adalah persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri adalah
pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, merupakan gambaran
tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi
baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konsep diri dipelajari
melalui kontak sosial dengan pengalaman berhubungan dengan orang
lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana
individu mengartikan pandangan orang lain yentang dirinya (Rusdi &
Dermawan, 2013).
2. Komponen konsep diri (Rusdi & Dermawan, 2013):
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuhnya, baik
secara internal maupun eksternal. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang
10
dimiliki dan oleh oleh persepsi orang lain. Terhadap dirinya. Citra
tubuh dipengaruhi juga oleh perkembangan kognitif dan
pertumbuhan fisik. Ukuran, bentuk, massa, struktur, fungsi dan arti
penting tubuh beserta bagian-bagiannya bersifat dinamis dan sangat
mungkin untuk berubah. Citra tubuh mungkin berubah seiring
perubahan yang terjadi pada anatomi tubuh dan kepribadian
seseorang. Perkembangan dan perubahan normal yaang terjadi
seiring usia akan mempengaruhi gambaran diri seseorang. Citra
tubuh saat usia sekolah akan berbeda dengan citra tubuh saaat usia
tua.
b. Ideal Diri (Self – Ideal)
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana dan
harus berperilaku sesuai dengan suatu standar tertentu. Standar dapat
behubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah
aspirasi, tujuan atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial,
dimana seseorang berusaha untuk mewujudkannya. Pembentukan
ideal diri dimulai sejak masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi
oleh orang-orang disekitarnya yang memberikan keuntungan dan
harapan-harapan tertentu. Individu mampu berfungsi dan
mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri,
sehingga dia akan menyerupai apa yang diinginkan. Ideal diri
hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi
11
dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat
dicapai.
c. Harga diri (Self-Estem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang ingin
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
diri. Frekuensi pencapaian tujuan akn menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu selalu sukses maaka
cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri yang rendah dapat berupa
mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah
tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan (isolasi/menarik diri)
dan merusak diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Aspek utama adalah dicinta dan menerima penghargaaan dari
orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan cinta dan
seseorang kehilangan penghargaan diri orang lain.
d. Penampilan Peran (Role-Performance)
Penampilan peran adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
indivudu di berbagai kelompok sosial yang berbeda. Perilaku
tersebut diharapkan dapat diterima oleh keluarga, masyarakat dan
budaya. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih dan dipilih
individu. Setiap orang mempunyai peran lebih dari satu. Untuk dapat
berfungsi efektif sesuai dengan perannya, seseorang harus tahu
12
perilaku dan nilai-nilai yang diharapkan, harus berkeinginan untuk
menyesuaikan diri dan harus mampu mencukupi peran yang
dikehendaki. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi
diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran
karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan, posisi
yang tidak mungkin dilaksanakan.
e. Identitas diri (Self-Identity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada
duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan
dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya. Salah satu dasar persepsi seseorang terhadap
kecukupan peran yang diterimanya adalah ego yang menyertai peran,
berkembang sesuai dengan harga diri. Harga diri yang tinggi adalah
hasil dari pemenuhan kebutuhan peran sejalan dengan ideal diri
seseorang.
13
B. Konsep Kebutuhan Persepsi Diri: Harga Diri Rendah
1. Definisi Harga Diri
Harga diri rendah adalah perasan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya.
Harga diri rendah menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Individu gagal
menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Harga diri rendah dipengaruhi oleh pengalaman individu daalam
perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi
terhadap lingkungan internal eksternal biasanya memiliki perasaan aman
terhadap lingkungan dan menunjukkan harga diri rendah yang positif.
Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung untuk
mempersepsikan lingkungannya negatif dan sangat mengancam.
Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya
(Yosep & Sutini, 2014).
2. Proses Terjadinya Masalah (Rusdi & Dermawan, 2013):
a. Faktor Predisposisi:
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik
14
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang
sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran
yang sesuai dengan kebudayaan
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial
yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau
faktor dari luar individu (Internal or eksternal sources), yang
dibagi 5 kategori:
a) Ketegangan peran, adalah stres yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b) Konflik peran: ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan
dengan yang diinginkan
c) Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya
d) Peran berlebihan: kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
15
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti
3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkaan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan:
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan
d) Prosedur pengobatan dan perawatan
4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak
seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat dan alkohol.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah (Prabowo, 2014):
a. Data subjektif: mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, perasaan lemah dan takut,
penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, pengurangan diri/
mengejek diri sendiri, hidup yang berpolarisasi, ketidakmampuaan
menentukantujuan,mengungkapkankegagalanpribadi,merasionalisasi
penolakan.
b. Data objektif: produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri
sendiri dan orang lain penyalahgunaan zat, menarik diri dari
hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah,
16
menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan), tampak
mudah tersinggung (mudah marah).
4. Rentang Respon Harga Diri Rendah (Rusdi&Dermawan, 2013):
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas
Gamabr 2.1 Rentang respon konsep diri
(Rusdi&Dermawan, 2013)
Keterangan:
a. Aktualisasi diri: pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman sukses.
b. Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalamn yang
positif dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya,
pesimis.
d. Keracunan identitas: kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa anak-anak kedalam kepribadian
psikososial yang harmonis.
17
e. Depersonalisasi: perasaan tidak realistik dalam kegiatan diri
sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan
asing baginya.
5. Pohon Masalah
Isolasi Sosial: Menarik diri Akibat
Harga Diri Rendah Core Problem
Koping individu tidak efektif Cause
Gambar 2.1 Pohon Masalah
(Prabowo, 2014)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Fokus Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada klien harga diri rendah menurut
Riyadi & Purwanto (2009), antara lain:
a. Faktor Predisposisi:
1) Faktor yang mempengaruhi peran.
Kegagalan yang berulang, klien merasa kurang tanggung
jawab, ketergantungan pada orang lain.
18
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
Klien merasa kurang mampu dan kurang mandiri, mudah
tersinggung.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Ketidakpercayaan kepada orang lain, curiga, kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan.
b. Faktor Presipitasi
Masalah faktor presipitasiRiyadi& Purwanto (2009),
mengemukakan bahwa pernah dan tidaknya mengalami gangguan
kejiwaan bahkan pernah mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi klien. Perpisahan, perceraian, kematian,
perubahan struktur sosial terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya
tindakan operasi, kecelakaan, putus sekolah, korban pemerkosaan,
penganiayaan dan perlakuan tidak menyenangkan dari orang yang
ada disekitarnya.
c. Pengkajian psikososial.
Hal-hal yang perlu dikaji menurut Kusumawati & Hartono
(2011), pada gangguan jiwa yaitu:
1) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari
kepercayaan, pemahaman dan keyakinan terhadap dirinya yang
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada klien
dengan gangguan harga diri rendah mengalami konsep diri
meliputi:
19
a) Citra tubuh: menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang
telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.Preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang,mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas: ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran: berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK).
d) Ideal diri: mengungkapkankeputusasaankarena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri: perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan atau hambatan dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk
beribadah (Spiritual).
20
f) Hubungan sosial
Adanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
dan jarang berperan serta dalam kegiatan masyarakat.
2) Status mental
Status mental menurut Keliat (2011):
a) Penampilan: Penggunaan pakaian tidak sesuai, rambut acakacakan,
kulit kotor, gigi kuning.
b) Pembicaraan: tidak mampu memulai pembicaraan, bila
berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang
menolak diajak bicara.
c) Aktifitas motorik: lesu, tegang, dan kurang bergairah dalam
beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.
d) Alam perasaan: sedih, putus asa, khawatir dan sering
melamun.
e) Afek: afek datar dan tumpul ketika distimulus yang
menyenangkan ataupun menyedihkan.
f) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang dan
kadang-kadang menolak untuk berbicara dengan orang lain,
tidak kooperatif dan curiga.
g) Persepsi: Umumnya mengalami gangguan persepsi, klien
biasanya mendengar suara-suara yang mengancam.
h) Isi pikir: malu apabila bertemu dengan orang lain,pesimisme.
i) Tingkat kesadaran: bingung.
21
j) Tingkat konsentrasi dan kalkulasi:mudah beralih, tidakmampu
berkonsentrasi penurunan kemampuan berhitung
k) Daya tilik diri: mengingkari penyakitnya dan menyalahkan
hal-hal diluar dirinya.
3) Mekanisme koping.
Mekanisme kopingmenurut Riyadi & Purwanto (2009)
adalah segala usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress.
Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha
pemecahan masalah langsung:
a) Pertahanan jangka pendek:
(1)Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
kritis, misalnya: kerja keras, nonton, dll.
(2)Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya: ikut kegiatan social, politik, agama,
dll.
(3)Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya: kompetisi pencapaian akademik.
(4)Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk
membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam
kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.
22
b) Pertahanan jangka panjang:
(1) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, potensi diri individu.
(2) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
(3) Mekanisme pertahanan ego:
(a) Fantasi
(b) Dissosiasi
(c) Isolasi
(d) Proyeksi
(e) Displacement
(f) Marah atau amuk pada diri sendiri.
c) Sumber koping
Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang:
(1) Individu
(2) Keluarga
(3) Teman bermain
(4) Masyarakat.
23
2. Masalah keperawatan gangguan konsep diri menurut Stuart (2007):
a. Core problem: harga diri rendah:
1) Definisi: evaluasi diri atau perasaan negatif terhadap diri sendiri
atau kecakapan.
2) Tanda dan gejala:
a) Tergantung pada pendapat orang lain
b) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa.
c) Secara berlebihan mencari penguatan
d) Seringkali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
e) Enggan mencoba hal baru
f) Perilaku bimbang
g) Kontak mata kurang
h) Perilaku tidak asertif
i) Seringkali mencari penegasan
j) Menolak umpan balik positif terhadap diri sendiri
k) Ekspresi rasa bersalah
3) Faktor yang berhubungan:
a) Ketidak efektifan adaptasi terhadap kehilangan
b) Kurang kasih sayang
c) Kurang persetujuan
d) Kurang pengobatan dalam kelompok
e) Persepsi ketidaksesuaian norma budaya dan diri persepsi
ketidak sesuaian antara norma, sepritual dan diri.
24
f) Persepsi kurang rasa memiliki
g) Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
h) Gangguan psikiatrik
i) Kegagalan berulang
j) Penguatan negatif berulang
k) Peristiwa traumatik
l) Situasi traumatik.
3. Intervensi Harga Diri Rendah menurut Azizah (2011):
a) Tujuan Umum
Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
b) Tujuan Khusus (TUK):
1) TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya:
(a) Kriteria hasil:
(1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
(2) Ekspresi wajah bersahabat
(3) Ada kontak mata
(4) Menunjukkan rasa senang
(5) Mau berjabat tangan
(6) Mau menjawab salam
(7) Klien tidak mau duduk berdampingan
(8) Klien mengutarakan masalah yang dihadapi
(b) Intervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya (sapa klien dengan
ramah, baik verbal maupun nonverbal, perkenalkan
25
diri dengan sopan, tanya nama lengkap pasien dan
nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap
empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian
pada klien)
(2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
tentang penyakit yang dideritanya
(3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
(4) Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang
berharga dan bertanggungjawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
2) TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki:
a) Kriteria hasil
Klien mampu mempertahankan aspek yang positif.
b) Intervensi:
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien dan beri pujian/reinforcement atas
kemampuan yang mengungkapkan perasaanya
(2) Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian
negatif, utamakan memberi pujian yang realistis.
26
3) TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
a) Kriteria hasil:
(1) Kebutuhan klien terpenuhi
(2) Klien dapat melakukan aktifitas terarah
b) Intervensi:
(1) Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat
digunakan selama sakit
(2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti
4) TUK 4: Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
(a) Kriteria hasil:
(1) Klien mampu beraktifitas sesuai kemampuan
(2) Klien mengikuti terapi aktifitas kelompok.
(b) Intervensi:
(1) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan
mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan
dengan bantuan total.
(2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien
27
(3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh
klien lakukan (sering klien takut melakukannya).
5) TUK 5: klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya:
a) Kriteria hasil
Klien mampu beraktifitas sesuai kemampuan
b) Intervensi:
(1) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang
direncanakan
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
(3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6) TUK 6: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada:
a) Kriteria hasil:
(1) Klien mampu melakukan apa yang diajarkan
(2) Klien mau memberikan dukungan
b) Intervensi:
(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien harga diri rendah
(2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
(3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah


contoh skripsi ini bisa anda comot 
jangan lupa komen dan ngintil blog ini untuk kemajuan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar