Cari Blog Ini

November 26, 2021


ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. F P2 A1 H0 POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI CPD (CHEPALO PELVIC DISPROPORTION) 

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
    1. Pengertian
        Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2004). Menurut Sumarak dkk (2008), persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan.
    2. Faktor esensial persalinan
        Ada lima faktor yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran menurut Bobak (2004). Faktor ini mudah untuk diingat sebagai lima P: passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), posisi ibu dan psychologic respons (respons psikologis).
a) Penumpang (passenger) 
        Janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan lahir, maka plasenta juga disebut sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.
b) Jalan lahir (passageway)
        Jalan lahir terdiri dari panggul, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan intoitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi.
c) Kekuatan (powers)
        Saat persalinan ibu akan melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan involunter.
d) Posisi ibu
        Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, membuat rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jogkok.
e) Respons psikologis (psychologic respons)
       Respon psikologis ibu akan sangat berpengaruh terhadap berjalanya proses persalinan, baik respons cemas, rasa takut maupun respons bahagia. Respons ibu juga akan sangat terlihat pada saat sebelum persalinan dan setelah persalinan. Terutama respons terhadap penerimaan anggota baru.
3. Tahap persalinan 
    Menurut Bobak (2004), ada empat tahap persalinan yaitu: 
    a) Tahap pertama persalinan
Dimulai sejak terjadi kontraksi uterus sampai dilatasi serviks lengkap. Tahap pertama persalinan biasanya berlangsung lebih lama dari pada tahap kedua dan ketiga. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan
multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Tahap pertama dibagi dalam tiga fase, fase laten, fase aktif dan fase transisi. Selama fase laten akanbanyak kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi akan berlangsung lebih cepat.   
   b) Tahap kedua   
Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir. 
   c) Tahap ketiga  
Dimulai sejak jani lahir samai plasenta lahir. Plasenta biasanya lepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat. Kelahiran plasenta setelah 45 sampai 60 menit masih dianggap normal.
             d) Tahap keempat
Tahap keempat berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting untuk memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal.
4. Adaptasi terhadap persalinan  
    Menurut Bobak (2004), adaptasi persalinan ada dua yaitu: 
    a) Adaptasi janin
1) Denyut jantung janin
Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi. DJJ rata-rata pada aterm ialah 140 denyut permenit, batas normalnya ialah 110-160 denyut permenit.
2) Sirkulasi janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat.
3) Pernapasan dan perilaku janin 
Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta dan badan karotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernapasan setelah lahir. Gerakan janin masih sama seperti pada masa hamil, tetapi menurun setelah ketuban pecah.  
   b) Adaptasi ibu (fisiologis)
1) Perubahan kardiovaskuler.
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.
2) Perubahan pernapasan 
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Pada tahap kedua persalian, jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ibu akan mengkonsumsi oksigen dua kali lipat.
3) Perubahan pada ginjal.
Pada trimester kedua, apabila kandung kemih terisi dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, ibu dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan.
4) Perubahan integumen.
Jelas terlihat pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu.
5) Perubahan muskuloskeletal.
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1) dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok.
6) Perubahan neurologi.
Sistem neurologi menunjukan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi sejak masuk ke setiap tahap pertama sampai tahap-tahap berikutnya.
7) Perubahan pencernanaan.
Persalinan banyak mempengaruhi sistem cerna, bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon terhadap persalinan. Sering juga terjadi mual dan muntah setelah bersalin.
8) Perubahan endokrin.
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron, peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar gula darah dapat menurun akibat proses persalinan.
B. Sectio Caesarea
     1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada dinding perut. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa, melahirkan secara Sectio Caesarea akan memerlukan waktu penyembuhan luka rahim
lebih lama dari pada persalinan normal (Mirza, 2008). Menurut Jitowiyono dan Kristianasari (2010), Sectio Caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Sedangkan menurut Mitayani (2009), Sectio Caesarea yaitu suatu persalinan buatan dimana janin yang dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram.
     2. Etiologi
Menurut Mitayani (2009), penyebab Sectio Caesarea terjadi karena dua faktor:
a) Indikasi pada ibu
    1) Panggul sempit absolut.
    2) Tumor-tumor jalan lahir.
    3) Stenosis vagina.
    4) Plasenta previa.
    5) Disproporsi sefalopelvis.
    6) Ruptur uterus.
    7) Diabetes (kadang-kadang).
    8) Riwayat obstetri yang buruk.
    9) Riwayat Sectio Caesarea klasik.
   10) Infeksi hipervirus tipe II. 
b) Indikasi janin
    1) Letak janin yang tidak stabil bisa dikoreksi.
    2) Presentasi bokong (kadang-kadang).
    3) Penyakit atau kelainan berat pada janin seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan               yang nyata.
    4) Gawat janin 
 c) Salah satu indikasi Sectio Caesarea karena Sefalopevis  
       Disprorortion. CPD atau Chepalopelvic Disproportion yaitu ketika kepala janin tidak sesuai dengan ukuran panggul ibu atau kondisi persalinan dimana ukuran panggul ibu terlalu kecil atau kelainan bentuk sehingga kepala bayi tidak dapat melewatinya (Masriroh,2013). CPD adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervaginam (Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L Gegor, 2007). Kemudian dari pengertian lain CPD merupakan ketidak mampuan janin untuk melewati panggul (Oxorn, Wiliam R. Fol, 2010). CPD dapat diklasifikasikan sebagai CPD absolut dan CPD relatif. CPD absolut yaitu jika terdapat perbedaan antara ukuran tulang panggul dan kepala janin yang menghalangi kelahiran pervaginam bahkan dalam kondisi optimal. CPD absolut merupakan kontraindikasi terhadap kelahiran pervaginam. Sedangkan CPD relatif jika malposisi janin, asiklitisme atau ekstensi kepala janin menghambat kelahiran (Norwitz Erol, John Schorge, 2007). 
3. Manifestasi Klinis
Menurut Marina M (2011), manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea antara lain:
a) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b) Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d) Bising usus tidak ada.
e) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
4. Patofisiologi
        Dari etiologi Sectio Caesarea salah satunya adalah CPD, pada klien dengan CPD kemungkinan akan mengambil keputusan untuk melakukan Sectio Caesarea. Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman dan insisi juga dapat mengakibatkan kerusakan integritas jaringan. Sebelum dilakukan operasi klien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Mekar, 2013).

Lengkapnya dimari brow 















Desember 07, 2019

IMLPEMENTASI EKSTRAKURIKULER TAHFIDZUL QUR’AN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS BAGI PESERTA DIDIK KELAS IV MI MA’ARIF KLESMAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerjasama dalam sebuah proses untuk mencapai  tujuany diprogramkan. Sebagai sebuah program pendidikan merupakan  aktivitassadar dan disengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah peserta didik belajar. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pendidikan perlu diadakan program-program khusus yang dilakukan disuatu Sekolah atau Madrasah seperti misalnya kegiatan ekstrakurikuler, diadakan les/jam tambahan dan lain sebagainya. Semua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peseruta didik. Mengahafal al Qur’an selama ini dianggap menjadi beban, karena adanya kesulitan saat proses menghafal, sehingga banyak yang enggan untuk menghafal al-Qur’an. Sebenarnya, manfaat menghafal al-Qur’an sangat banyak. Menghafal al-Qur’an atau lebih dikenal dengan istilah tahfidz memiliki dua hal yang harus dipenuhi, yakni hafal dalam ingatan dan bisa mengucapkan kembali diluar kepala tanpa membaca al-Qur’an atau catatan lain. Tidak banyak sekolah yang menerapkan pelajaran menghafal al-Qur’an  sebagai kurikulum, saat ini mungkin terbatas hanya di Sekolah Islam atau pesantren. Kekuatan otak dalam menghafal al-Qur’an sebaiknya dimulai sejak usia dini, ini diperkuat lagi dengan pendapat dari Dr. Abdurahman Abdul Kholik yang menyatakan bahwa usia anak anak dari 5 tahun hingga 23 tahun adalah usia manusia dengan kekuatan hafalan yang sangat bagus Salah satu penyebab banyak orang enggan untuk mengahafal al Qur’an adalah ayat-ayatnya yang panjang sehingga menyebabkan kurang lancar selain ayatnya yang panjang juga karena ketidaktahuan mereka tentang ilmu tajwid, sehingga banyak yang merasa malas untuk menghafal al-Qur’an adapun yang sebagian orang hafalkan adalah surat pendek yang ayatnya pendek dan mudah untuk di ingat. Banyak yang bisa digali dari proses menghafal al-Qur’an, mulai dari proses atau cara menghafal al-Quran yang kini bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan hingga manfaat dari belajar dan menghafal al-Qur’an itu sendiri. Dengan al-Qur’an, Allah mengangkat derajat para penghafal al￾Qur’an serta memakaikan kepada kedua orang tuanya, mahkota yang sinarnya lebih terang dari pada matahari. Al-Qur’an dalam setiap hurufnya bernilai  satukebaikan dan setiap kebaikan itu bernilai sepuluh kebaikan.3 Maka  sangatdianjurkan bagi umat muslim untuk menghafal al-Qur’an, seperti yang dilakukan Rosululloh Saw. yaitu menerima dan mengajarkan al-Qur’an dengan cara hafalan, karena Nabi Muhammad Saw. adalah nabi yang ummi, yakni tidak pandai membaca dan tidak pandai menulis.4 Kurangnya pengetahuan tentang hikmah menghafal al-Qur’an yang menjadi salah satu penyebab orang-orang tidak mau untuk mengahafal al-Qur’an, selain itu juga
karena daya ingat yang kurang, sehingga banyak yang merasa kesulitan saat. menghafal Proses yang dijalani seseorang untuk menjadi penghafal al-Qur’an tidak mudah dan sangat panjang, dikatakan dalam Bahasa Indonesia. Menghafal al-Qur’an bukan pula semata-mata menghafal dengan  mengandalkankekuatan memori, akan tetapi termasuk serangkaian proses yang harus dijalani oleh penghafal al-Qur’an setelah mampu mengusai hafalan secara kuantitas. Penghafal al-Qur’an berkewajiban untuk menjaga hafalannya, memahami apa yang dipelajarinya dan tanggungjawab untuk mengamalkannya.

Cekidot untuk lebih lengkap

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGIS PADA Ny. R UMUR 23 TAHUN P1A0 NIFAS HARI KE 10 DENGAN INFEKSI LUKA SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGIS PADA Ny. R UMUR 23 TAHUN P1A0 NIFAS HARI KE 10 DENGAN INFEKSI LUKA SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra￾hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati, dkk, 2010 : 1). 
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” berati melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari Rahim karena sebab  melahirkanatau setelah melahirkan (Anggraini, 2010 : 1).
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berati masa setelah melahirkan bayi (Dewi, dkk, 2011: 1).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium Dini (immediate puerperium) Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. Waktu 0-24 jam post partum.
b. Puerperium Intermedial (early puerperium) Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. Waktu 1-7 hari post partum.
c. Remote Puerperium (later puerperium)
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat, sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun. Waktunya yaitu 1-6 minggu post partum. (Anggraini, 2010: 3)

Lanjut sini lebih lengkap